*

Penjelasan Tentang Wirid

Kumulai halaman ini dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Segala puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menciptakan manusia dari setetes nutfah hina dan mengajarkannya dengan perantaraan pena. Dan tidak lupa pula, shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada seseorang yang telah bersabda الدعاء مخ العبادة (do'a itu adalah otak ibadah) yaitu Nabi Besar Muhammad SWA beserta para keluarga dan kesemua para sahabatnya. Amin..!
Blog yang berjudul Wirid Ampuh Dan Mujarab ini, sebagian isi nya adalah hasil petikan dari kitab-kitab islami, seperti kitab Mujairobat Ad-dairobi Al-kabir karangan Al-allamah Syaikh Ahmad Ad-dairobi, At-tibbur Ruhani karangan Syaikh Mahmud Ibrahim Kulaib Al-arabi, Al-kawakibul Lama'ah Fi Tashiril Jinni Fil Wakti Wassa'ah karangan Seorang wali Allah yang menjadi hakim jin dan manusia yaitu Sayyid Abdullah Al-maghowiri, Al-jawahirul Lama'ah Fis Tihdori Mulukil Jinni Fil Wakti Wassa'ah karangan Syaikh Ali Abu Hayyillah Al-marzuki dan kitab-kitab islami lainnya. Dan sebagian isinya pula adalah hasil ijazah dari guru-guru saya selama mondok 11 tahun di pondok pesantren Sidogiri Pasuruan.
Perlu diketahui bahwa ilmu kesaktian itu adalah tergolong ilmu adi' (kebiasaan) yang manfaatnya bisa berbeda dari kebiasaannya, sebagaimana yang disampaikan oleh Syaikh Ahmad Ad-dairobi dalam kitabnya Mujairobat Ad-dairobi Al-kabir di bab yang ke-14. Dari itulah, sebagian orang ada yang merubah manfaat suatu wirid dikarnakan adanya perobahan niat dihati mereka, seperti contoh Ayat Kursyi yang terkenal manfaatnya sebagai penolak gangguan, terkadang seseorang merubah manfaatnya untuk terawangan.
Sebelum mengamalkan suatu wirid kesaktian hendaklah memenuhi syarat-syaratnya terlebih dahulu. Dan menurut Syaikh Abu Hayyillah Al-Marzuki dalam kitabnya Al-jawahirul Lama'ah bahwa syarat-syarat mengamalkan ilmu kesaktian ada 27 yaitu:

Syarat Mengamalkan Wirid I

  • Mantap atau punya keyakinan bahwa wirid yang dia amalkan akan membuahkan hasil, karna seseorang yang mengamalkan suatu amalan kemudian dia ragu-ragu, maka amalannya tidak akan bermanfaat dan tidak akan membuahkan hasil.
  •  Istiqomah atau tekun mengamalkan tanpa putus-putus. Jika seseorang mengamalkan suatu wirid lantas tidak membuahkan hasil, maka dia harus mengulanginya kembali dan tidak boleh meninggalkannya. karna barang siapa yang bersungguh-sungguh maka akan berhasil, dan setiap orang yang bersungguh-sungguh tentu mendapatkan hasil. Oleh karena itu, seandainya dia menghentikan amalannya dan tidak mengulanginya kembali tentu dia tidak akan mendapatkan hasil sama sekali, dan jika melanjutkan amalannya kembali tentu akan menuai hasilnya sekalipun dalam waktu yang agak lama.
  • Merahasiakannya, dengan cara mengamalkan wiridnya ditempat sepi sekiranya tidak ada seorangpun yang melihat anda, dan tidak boleh bercerita kepada siapapun bahwa anda sedang mengamalkan suatu amalan, karna Rosulullah telah bersabda : استعينوا على قضاء حاجتكم بالكتمان artinya : "Carilah pertolongan terhadap hajatmu dengan cara merahasiakannya".
  • Takwa atau takut kepada Allah dan berusaha selalu makan makanan / minuman yang halal, tidak menyakiti orang lain, membantu penderitaan orang lain, meninggalkan gunjingan, tidak melakukan adu domba, selalu berkata jujur, memberi nasehat baik kepada orang awam / orang khusus, dan memandang mereka dengan pandangan belas kasih. Para ulama bersepakat bahwa orang mempunyai sifat seperti ini selagi dia banyak berbuat baik, maka banyak pula amalannya yang akan sukses, karna barang siapa selalu takut kepada Allah, maka Allah akan menundukkan segala sesuatu kepadanya.
  • Amalan yang dia amalkan sesuai dengan hukum syariat dan didalamnya tidak ada unsur hukum subhat (hukum remang-remang antara halal dan haram).
  • Tidak mengamalkan suatu wirid untuk tujuan yang remeh. Maksud remeh disini dia masih bisa mengatasi masalah yang dia hadapi walau tanpa menggunakan wirid. Demikian ini, karna dia seakan-akan telah merendahkan martabat khodam dari wirid yang dia amalkan, dimana dia telah menggunakannya untuk tujuan yang remeh, sedang kita tahu bahwa khodam suatu wirid itu sangat kuat dan sangat sakti.
  • Niatnya bertujuan karena Allah SWT.
  • Jika amalannya berupa mahabbah, pengobatan atau pelebur nyawa , hendaklah dia menyebut nama nya dan nama ibunya. Demikian ini jika diketahui nama Ibunya, namun jika tidak diketahui nama Ibunya maka cukup menyebut nama HAWA sebagai gantinya.

Syarat Mengamalkan Wirid II

Berikut ini adalah lanjutan dari Syarat Mengamalkan Wirid I
  • Menjaga waktu kebiasaannya yakni jika dia biasa mengamalkan wirid atau asmaknya tiap jam 2 malam, maka usahakan besok dan seterusnya senantiasa tiap jam 2 malam. Dan hendaknya saat mengamalkan pikiran tidak ingat kemana-mana seperti ingat barangnya yang hilang, keluarganya, dan lain sebagainya...
  • Hafal apa yang dibaca. Jadi jika dia mengamalkan wirid, qosam, asmak, mantra , do'a atau lainnya, maka dia harus hafal dan tidak boleh membaca dengan cara melihat tulisan atau catatan, karna demikian itu dapat menyibukkan hati dan bisa menghilangkan khusu' serta dapat memutus jiwa dari tawajjuh taam.
  • Amalannya hasil ijazah umum dari seorang guru. Barang siapa mendapatkan suatu amalan tanpa seorang guru, maka amalannya bagai seorang anak tanpa seorang ayah.
  • Waktu pengamalannya sesuain dengan hari-hari nujumiah, seperti amalan yang bersifat pembungkam hendaknya mulai diamalkan pada saat bintang qomar mulai muncul yakni pada hari senin setelah shubuh, dan lain sebagainya...
  • Selama mengamalkan perut selalu kosong. Jadi, berusaha untuk selalu lapar saat mengamalkan kecuali makanan yang tidak boleh ditinggalkan seperti makanan saat buka puasa dan sahur.
  • Menjauhi makanan yang mempunyai ruh dan apa yang keluar darinya. Makanan yang mempunyai ruh, seperti; Daging, terasi karna dia terbuat dari udang, kerupuk udang, dsb... sedang makanan yang keluar dari sesuatu yang punya ruh, seperti; telur ayam dsb...
  • Menjauhi makanan yang punya bau menyengat, seperti; bawang merah, bawang putih, petai dsb...
  • Saat mengamalkan sesuai dengan bintangnya dan syarat ini khusus untuk amalan yang bersifat tulisan dan ukiran, seperti dalam pembuatan azimat, rajah, dsb...
  • Membakar kemenyan sesuai sifat amalan dan bintangnya.

Syarat Mengamalkan Wirid III

Ini adalah lanjutan dari sebelumnya.
  • Senantiasa suci, baik pakaian, badan, maupun tempatnya. Dan hendaknya sudah dipersiapkan alat-alat tulis, mangsi, kertas, dsb....
  • Menghadap kiblat
  • Berurutan apa yang ditulis sebagaimana aslinya. Jadi kalau dia mendapatkan ijazah dari seorang guru tentang azimat basmalah, maka didalam penulisannya tidak boleh berbeda dengan apa yang telah diajarkan oleh gurunya.
  • Jika amalannya berupa azimat atau rajah, maka setelah menulis azimatnya dibacakan sebuah qosam.
  • Jika amalannya berupa wifiq atau sebuah azimat, hendaknya menulis dengan memakai pena hindi karna didalamnya terdapat sebuah rahasia.
  • Jika amalannya berupa wifiq, ajimat atau rajah, hendaknya sipembuat wifiq/azimat memperjelas tulisan huruf-hurufnya serta memperindahnya, karna demikian itu menjadi penyebab tulisan tersebut diterima oleh khodamnya, karna sifat khodam itu sangat mulia. Jadi selama tulisan huruf-hurufnya jelas dan baik, besar kecilnya sama yakni tidak terlalu besar sebelah dan tidak pula terlalu kecil, maka tulisan seperti itu disukai oleh khodamnya. 
  • Membaca shalawat kepada Rasulullah sebelum dan sesudah mengamalkan. Karna ada Hadits: Addu'a'u Bainas Sholataini Alayya La Yuroddu, artinya : " Do'a diantara dua shalawat kepadaku tidak akan tertalak".
  • Melakukan shalat istiharah sebelum mengamalkan, demikian ini agar amalannya berada pada jalan terbaik atas petunjuk dari Allah SWT.
  • Jika amalannya berupa kebaikan hendaknya tidak mengamalkannya pada hari-hari nahas. Hari-hari nahas terdapat pada tiap bulan hijriah yaitu tiap tanggal 3, 5, 13, 16, 21, 24 dan tanggal 25.
  • Jika amalannya berupa kebaikan hendaknya mulai diamalkan pada waktu sinar rembulan semakin terang yakni antara tanggal 1 sampai tanggal 15 dan jika amalannya berupa kejelekan hendaknya diamalkan pada waktu terang rembulan semakin berkurang yakni antara tanggal 16 sampai tanggal 30 Hijriah.
Demikianlah syarat-syarat amalan wirid/wifiq/azimat atau lainnya yang di jelaskan oleh Ustadul Kabir Syaikh Ali Abu Hayyillah Al-Marzuqi dalam kitabnya Al-jawahirul Lama'ah Fis Tihdlori Mulukil Jinni Fil Wakti Wassa'ah. Semoga bermanfaat bagi pembaca semua. Amin...!!
    $0D